Senin, 23 April 2012

ORTU N REMAJA

Kenakalan Remaja vs Kenakalan Orang Tua

Melihat intensitas kenakalan remaja yang semakin menjadi-jadi, mungkin akan membuat kita mengelus dada, berdecak heran, atau geleng-geleng kepala, mengajukan berbagai tanya, “Kenapa kok bisa begitu?”. Dan, tak jarang dari kita pun akan segera mengkambing hitamkan lingkungan pergaulan, teman, perkembangan teknologi, atau faktor-faktor luar anak lainnya.
Yah..faktor-faktor diatas memang memberi sumbangsih yang cukup kuat terhadap perkembangan psikologis dan perilaku si anak. Tak bisa dipungkiri memang. Teknologi misalnya. Masifnya serbuan teknologi yang seperti tak terbendung menjadikan semua hal terasa mudah bahkan untuk hal-hal yang bersifat negatif. Maka, mengkambing hitamkan faktor-faktor tersebut menjadi hal yang lumrah kita dengar. Imbasnya, jarang dari kita yang mencoba menengok kedalam, ke lingkungan terkecil dari si anak, keluarga dan orang tua. Atau, bahkan banyak dari orang tua yang enggan untuk menempatkan diri sebagai sosok yang harus disalahkan dari perilaku nakal si anak. Mereka mencoba mengelak dan lebih memilih faktor-faktor luar keluarga sebagai aktor utamanya.
Diakui atau tidak, kenakalan remaja tak terlepas dari hukum kausalitas, bukan suatu perilaku yang tiba-tiba muncul begitu saja. Pasti ada sebab kenapa tiba-tiba kenakalan remaja menjadi begitu tinggi. Kita juga harus mengakui bahwa anak-anak atau remaja adalah sosok yang belajar dengan mencontoh. Masa pencarian jati diri, katakanlah seperti itu, banyak dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat, terutama dalam lingkungan terdekat mereka, orang tua. Jika orang tua menginginkan anaknya berbuat baik, namun mereka mencontohkan yang lain, apa mungkin keinginan ini terwujud?
Bagaimana orang tua bisa melarang anaknya melakukan tindak kekerasan sementara mereka sendiri sering mencontohkannya di lingkungan keluarga, saling pukul, atau saling bentak? Apa mungkin seorang anak menghentikan nonton televisi untuk kemudian belajar saat orang tua malah sering terlihat nonton televisi bahkan sampai ketiduran? Bagaimana mungkin orang tua bisa melarang anaknya mengakses hal-hal yang bersifat pornografi sementara mereka sendiri sering melakukannya bahkan sampai berselingkuh? Apa mungkin seorang anak menjadi jujur saat orang tuanya seringkali mempertontonkan perilaku saling tipu? Atau dalam bahasa sederhananya, bagaimana mungkin kita mencegah kenakalan remaja saat orang tua lebih sering mempertontonkan perilaku nakal mereka, kenakalan orang tua?
Artinya, jika kita melihat bahwa perilaku kenakalan remaja sudah semakin tinggi, maka hampir bisa kita pastikan bahwa perilaku kenalan orang tua pun semakin tinggi, meski mungkin tidak sama persis. Kenakalan remaja berbanding lurus dengan kenakalan orang tua karena orang tua lah sumber utama dari perilaku seorang anak. Maka, masih layakkah jika kita membebankan perilaku kenakalan remaja itu hanya pada mereka? Dan, sebagai orang tua, kita mencoba tampil sebagai sosok yang bersih?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Musik